alt/text gambar
Headlines News :
muhammad dikha wijaya. Powered by Blogger.

Iklan

alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar alt/text gambar

Anda pengunjung ke

Flag Counter

Indonesia dan Rusia Makin Mesra, Australia Ketar-ketir

Masih ingat dengan pelukan hangat antara Presiden SBY dan Vladimir Putin pada pertemuan KTT APEC di Bali Oktober 2013 silam? Sebelum pelukan, SBY memainkan gitar dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Putin. Sontak, peristiwa bersejarah ini mendapat “standing applause” dari seluruh peserta KTT. Kecuali satu kepala negara yang panas dingin, dia adalah PM Australia Tony Abbott.
Pelukan hangat itu menjadi pesan semakin mesranya hubungan antara RI dan Rusia. Negeri Beruang Merah itu menyambut baik kehadiran Indonesia dalam kancah politik, budaya, ekonomi dan militer internasional. Buktinya, Rusia menawarkan 10 kapal selam, Sukhoi SU35 dan persenjataan maut lainnya kepada Indonesia. Hubungan ini bukan main-main, karena Rusia memandang posisi dan peranan strategis Indonesia dalam kawasan Asia Pasifik.
Kemesraan ini juga berlanjut antara Rusia, Cina dan Indonesia. Ketiga militer negara-negara itu berencana akan mengikuti latihan gabungan angkatan laut bersama 17 negara lainnya di Natuna, pada April mendatang. Latgab ini minus Australia karena menyatakan pengunduran diri.
SBY selaku Kepala Negara memang pintar memainkan peranan negara dalam konstalasi politik internasional. Kemampuannya membaca peta politik dan strategi militer jangka panjang, menjadikan Indonesia mampu mengungguli Australia. Dalam hal ekonomi, Indonesia saat ini menduduki 15 besar dunia, nomor satu di ASEAN dan melaju terus menuju anak tangga 13 besar dunia. Bahkan, berbagai analis memprediksi Indonesiaakan menduduki 9 besar negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, di mana sepanjang urutan itu tidak ada nama Australia.
Posisi Indonesia juga semakin kuat karena rencana Cina mendirikan sekolah rudal di dalam negeri. Hal ini sangat jarang terjadi karena “transfer of knowledge” rudal hampir tidak mungkin dilakukan oleh banyak negara. Mulai 2017, Indonesia dapat dipastikan mampu memproduksi peluru kendali anti kapal yang memiliki banyak varian.
Presiden SBY adalah pemimpin yang “diam” namun memiliki resep jitu dalam mengambil kebijakan. Menghadapi gaya cowboy Abbott, SBY tidak grasak-grusuk. Sebagai mantan Jenderal, SBY mampu memainkan bidak-bidak catur. Termasuk menghadapi “ancaman” militer Australia di peraian wilayah selatan. TNI secara senyap mengirimkan  armada laut ke NTT dan tidak diumbar di media dalam negeri. Untuk apa kehadiran armada laut tersebut? Tentunya untuk menghadapi imigran gelap yang dikirim kembali oleh militer Australia.
Secara global, kedekatan Indonesia dengan Rusia dan Cina, menjadi pesan kepada Australia untuk menghentikan gaya kepemimpinan Abbott yang tidak mengenal etika. Ini adalah era Asia Pasifik di mana Indonesia memegang peranan penting dan strategis. Ke depan, Australi akan tidak dianggap oleh negara-negara “asli” Asia Pasifik. Sebagai pendatang, Australia bukan penduduk asli Asia Pasifik. Lalu bagaimana mungkin penduduk pendatang bersikap arogan terhadap penduduk asli? Itu mengajarkan banyak hal, terutama dalam hal etika dan sopan santun. (*)
 

Di klik

lintas me

Arsip Blog

iklan

Contact Form

Name

Email *

Message *

Support : Creating Website | Muhammad Dikha Wijaya | Vibra Band
Copyright © 2011. Teropong Millenial - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger